RJSLOT88 – Xabi Alonso Kembali ke Santiago Bernabeu: Strategi Genius atau Risiko Besar?

Xabi Alonso dalam laga Bundesliga antara Heidenheim vs Bayer Leverkusen, Sabtu (17/2/2024). (c) DPA via AP Photo/Tom Weller
Bola.net – Penunjukan Xabi Alonso sebagai pelatih kepala tim utama Real Madrid merupakan langkah yang sangat logis dan memiliki makna mendalam. Mantan gelandang berusia 43 tahun ini kembali ke klub yang telah menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya selama bertahun-tahun.
Alonso bukan sosok asing di Santiago Bernabeu; ia pernah membela Los Blancos selama lima musim, dari tahun 2009 hingga 2014. Selama periode tersebut, ia mencatatkan 236 penampilan dan membantu Madrid meraih trofi Liga Champions, La Liga, dan dua Copa del Rey.
Perjalanan karier Alonso yang terencana dengan matang kini membuahkan hasil sempurna. Pengalamannya sebagai pemain kelas atas, ditambah dengan proses pembelajaran sebagai pelatih muda di berbagai tingkatan, membuatnya siap menghadapi tantangan besar di Real Madrid.
Jejak Karier Sebagai Pemain Galactico
Pelatih Bayer Leverkusen, Xabi Alonso (c) AP Photo/Matthias Schrader
Kedatangan Alonso ke Madrid pada musim panas 2009 merupakan bagian dari revolusi galactico kedua di era Florentino Perez. Dengan nilai transfer 35 juta euro dari Liverpool, ia bergabung dengan bintang-bintang seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Kaka. Misi utama mereka adalah menghentikan dominasi Barcelona yang dipimpin Pep Guardiola.
Di bawah Jose Mourinho, Alonso menjadi pilar penting di lini tengah Madrid yang berhasil mematahkan hegemoni Barcelona. Puncaknya terjadi pada musim 2011/2012 ketika Los Blancos meraih La Liga dengan rekor 100 poin dan 121 gol. Kontribusi Alonso dalam sistem permainan Mourinho sangat krusial untuk kesuksesan tersebut.
Kesetiaan Alonso kepada Mourinho bahkan bertahan hingga masa-masa sulit, ketika pelatih Portugal tersebut berseteru dengan beberapa pemain senior. Sementara Iker Casillas dan Sergio Ramos “memberontak”, Alonso tetap menjadi “tentara” loyal bersama Alvaro Arbeloa.
Era Carlo Ancelotti dan La Decima
Transisi dari era Mourinho ke Carlo Ancelotti membawa angin segar bagi Madrid, termasuk Alonso. Pendekatan yang lebih diplomatis dari pelatih asal Italia tersebut berhasil menyatukan kembali ruang ganti yang sempat terpecah. Alonso kembali menjadi kunci sukses Madrid dalam meraih trofi-trofi penting.
Musim 2013/2014 menjadi puncak karier Alonso bersama Madrid ketika mereka berhasil meraih La Decima. Meskipun absen di final Liga Champions melawan Atletico Madrid karena skorsing, kontribusinya sepanjang turnamen tidak terlupakan. Momen ketika ia berlari menuruni pinggir lapangan dengan setelan jas untuk merayakan gol Gareth Bale menjadi ikonik.
Keputusan mengejutkan datang pada Agustus 2014 ketika Alonso memilih bergabung dengan Bayern Munchen. Meskipun sudah memperpanjang kontrak pada Januari sebelumnya, ia merasa membutuhkan tantangan baru untuk mempertahankan performa terbaiknya.
Perjalanan Sebagai Pelatih Muda
Xabi Alonso bersama Granit Xhaka usai pertandingan Bayer Leverkusen musim 2023/2024 (c) Ofisial X Bayer Leverkusen
Setelah pensiun dari dunia sepak bola pada tahun 2017, Alonso memulai karier kepelatihan di tempat yang familiar. Ia bergabung dengan akademi La Fabrica Real Madrid sebagai pelatih tim Infantil A (U-14). Prestasi gemilang langsung ia torehkan dengan memenangkan 22 dari 23 pertandingan pertama dan mudah menjuarai liga mereka.
Pencapaian luar biasa ini bahkan mengundang decak kagum di lingkungan Madrid yang terbiasa dengan standar tinggi. Ketika Raul naik melatih tim Castilla, Alonso sempat dipertimbangkan untuk mengisi posisi pelatih tim U-18. Namun, ia memilih tantangan berbeda dengan kembali ke Real Sociedad untuk melatih tim B mereka.
Keputusan ini merupakan bagian dari rencana karier yang matang, di mana Alonso ingin mendapatkan pengalaman di berbagai level sebelum mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Ia bahkan mengajak kakaknya, Mikel, dan asisten berpengalaman, Sebastian Parrilla, untuk mendampinginya.
Kesuksesan di Bayer Leverkusen
Langkah besar dalam karier kepelatihan Alonso terjadi ketika ia menerima tawaran Bayer Leverkusen pada Oktober 2022.
Klub Jerman ini dipandang sebagai “universitas” yang ideal untuk mengasah kemampuan sebelum menangani klub yang lebih besar. Pilihan ini terbukti sangat tepat ketika Leverkusen meraih kesuksesan historis.
Musim 2023/2024 menjadi puncak pencapaian Alonso, ketika ia membawa Leverkusen meraih Bundesliga dan DFB-Pokal tanpa terkalahkan. Prestasi luar biasa ini juga diiringi dengan pencapaian hingga final Liga Europa. Kesuksesan tersebut membuat namanya masuk radar klub-klub besar Eropa, termasuk Bayern Munich dan Liverpool.
Namun, Alonso menunjukkan kesabaran dan kematangan dengan menolak berbagai tawaran menarik. Ia memahami bahwa timing yang tepat sangat penting dalam mengambil keputusan karier, terutama ketika mengetahui kemungkinan adanya lowongan di Real Madrid di masa depan.
Hubungan yang Terjaga dengan Madrid
Xabi Alonso merayakan gelar juara Bundesliga 2023/2024 bersama Bayer Leverkusen. (c) AP Photo/Martin Meissner
Selama bertahun-tahun berada jauh dari Madrid, Alonso tidak pernah memutus hubungan dengan klub dan kota tersebut.
Meskipun sempat terjadi ketegangan dengan beberapa mantan rekan setim seperti Casillas akibat komentar kontroversial, hal ini justru tidak merusak reputasinya di mata hierarki Bernabeu. Florentino Perez tetap memandang positif sosok Alonso yang loyal terhadap klub.
Koneksi dengan Madrid tetap terjaga melalui berbagai cara, termasuk bekerja sama dengan agensi Best of You yang juga mewakili berbagai tokoh Madrid.
Agensi ini bahkan memiliki kantor tepat di seberang Stadion Bernabeu. Hubungan baik dengan Carlo Ancelotti juga terus berlanjut, bahkan ketika keduanya bekerja di klub berbeda.
Leave a Reply