RJSLOT88 – Rapor Real Madrid 2024/2025: Nilai 6, Banyak Bintang tapi Tak Menyatu

Ekspresi kecewa Kylian Mbappe di laga El Clasico Barcelona vs Real Madrid di La Liga 2024/25, Minggu (11/05/2025). (c) AP Photo/Jose Breton
Bola.net – Musim 2024/2025 mencatat babak peralihan yang menantang bagi Real Madrid, sebuah institusi sepak bola dengan warisan cemerlang di tingkat Eropa.
Walaupun didukung oleh talenta-talenta papan atas seperti Kylian Mbappe dan Jude Bellingham, tim berjuluk Los Blancos ini merasakan kekecewaan dengan tidak berhasil mengamankan satu pun gelar di seluruh ajang kompetisi besar.
Situasi ini sekaligus menandakan berakhirnya kepemimpinan Carlo Ancelotti dan dimulainya babak baru di bawah arahan Xabi Alonso. Berbagai permasalahan yang menumpuk sepanjang musim mengindikasikan bahwa saatnya Ancelotti menyerahkan tanggung jawab kepada sosok yang berbeda.
Kedatangan Mbappe yang telah lama ditunggu-tunggu ternyata belum mampu mendongkrak kualitas permainan tim secara menyeluruh. Di sisi lain, Bellingham memperlihatkan stabilitas di tengah lapangan, tapi upayanya tidak mencukupi untuk mengompensasi kekurangan di area-area lainnya.
Ketidakstabilan performa tim, khususnya pada barisan belakang, menjadi salah satu penyebab utama dari kegagalan sepanjang musim ini.
Performa di La Liga: Tidak Konsisten dan Berakhir Buruk
Ekspresi Jude Bellingham di final Copa del Rey 2024/25 antara Barcelona vs Real Madrid, Minggu (27/04/2025). (c) AP Photo/Jose Breton
Real Madrid menutup kompetisi La Liga 2024/2025 dengan tangan kosong, gagal mengungguli rival klasik mereka, Barcelona. Kekalahan memalukan dengan skor 2-5 dari Barcelona pada final Supercopa de Espana menggarisbawahi rapuhnya pertahanan yang belum tertangani sepanjang musim.
Meski Mbappe berhasil menyumbang 31 gol dalam 34 penampila di La Liga, sumbangannya tidak berhasil mengimbangi ketidakkonsistenan performa tim secara keseluruhan.
Kekalahan tak terduga 1-2 dari Valencia pada April 2025 semakin memperparah kedudukan mereka dalam tabel klasemen. Vinicius Junior, yang diproyeksikan sebagai partner sempurna untuk Mbappe, justru mengalami kemunduran performa, termasuk kegagalan dalam mengonversi dua eksekusi penalti pada saat-saat krusial.
Terbuangnya poin-poin vital dalam pertandingan-pertandingan penting menjadi faktor dominan kegagalan merebut titel domestik.
Keberadaan pemain berkualitas seperti Federico Valverde memang memberikan secercah harapan, namun belum mampu mengangkat kualitas permainan tim secara menyeluruh.
Performa di Liga Champions: Ambisi yang Kandas
Di pentas Eropa, Real Madrid memperlihatkan performa yang memukau pada fase awal, termasuk kemenangan 3-1 atas Manchester City berkat tiga gol Mbappe. Akan tetapi, harapan meraih trofi Liga Champions ke-16 berakhir sia-sia setelah menerima kekalahan telak 0-3 dari Arsenal pada leg pertama perempat final.
Kekalahan tersebut menyingkap kelemahan dalam aspek taktis dan ketidakmampuan beradaptasi dengan intensitas tekanan tinggi dari lawan. Meskipun memiliki rekam jejak comeback yang membanggakan, kali ini Real Madrid tidak berhasil membalikkan keadaan.
Hasil ini menjadi tamparan keras bagi Ancelotti, yang sebelumnya dikenal sebagai ahli strategi Liga Champions. Kegagalan ini juga menandai penutupan era Ancelotti di klub, setelah enam musim yang dihiasi berbagai prestasi.
Kekalahan dari Arsenal mendemonstrasikan pentingnya perbaikan strategi dan peningkatan kualitas kedalaman skuad. Kehadiran talenta-talenta muda yang menjanjikan belum mencukupi untuk berkompetisi di level tertinggi Eropa tanpa dukungan sistem dan pendekatan taktis yang kokoh.
Performa Individual: Yang Bersinar dan Yang Redup
Pemain Real Madrid Kylian Mbappe menggiring bola dalam laga La Liga melawan Real Sociedad, Sabtu (24/5/2025). (c) AP Photo/Cesar Cebolla
Kylian Mbappe menjadi pusat perhatian dengan koleksi total 42 gol di seluruh kompetisi yang mengantarkannya meraih penghargaan Sepatu Emas Eropa. Jude Bellingham juga memamerkan konsistensi dengan 28 kontribusi gol dalam 51 penampilan, meskipun kerap ditempatkan di luar posisi terbaiknya.
Namun demikian, tidak seluruh pemain tampil sesuai ekspektasi. Vinícius Junior mengalami degradasi performa yang signifikan, termasuk kegagalan dalam situasi-situasi penalti yang menentukan. Pemain muda Endrick juga belum memperlihatkan kontribusi yang berarti, gagal mencetak gol atau memberikan assist dalam beberapa kesempatan awal penampilannya.
Kerentanan di barisan pertahanan menjadi fokus perhatian utama, dengan sejumlah pemain senior memperlihatkan penurunan kualitas. Kondisi ini menggarisbawahi kebutuhan akan peremajaan dan peningkatan standar kualitas di sektor belakang untuk mengantisipasi tantangan musim mendatang.
Performa Pelatih: Ancelotti yang Habis, Lanjut ke Alonso
Carlo Ancelotti mengakhiri perjalanannya sebagai pelatih Real Madrid dengan catatan 15 trofi, termasuk tiga gelar Liga Champions. Namun, musim tanpa titel ini menjadi penutup yang kurang memuaskan bagi pelatih legendaris tersebut. Ancelotti kini melanjutkan perjalanan kariernya dengan mengasuh tim nasional Brasil.
Sebagai penggantinya, Xabi Alonso diangkat untuk mengemudikan Real Madrid dengan kontrak selama tiga tahun. Alonso, yang telah membuktikan kesuksesannya dengan membawa Bayer Leverkusen meraih gelar Bundesliga, memiliki ambisi menerapkan filosofi permainan yang dinamis dan menyerang di Santiago Bernabeu. Ia juga merencanakan optimalisasi potensi pemain-pemain muda dan penguatan lini pertahanan.
Menghadapi tantangan besar ke depan, termasuk keikutsertaan dalam Piala Dunia Antarklub, Alonso memikul beban berat untuk merestorasi kejayaan Real Madrid. Dukungan penuh dari pihak manajemen dan para pendukung akan menjadi faktor penentu keberhasilan dalam era baru ini.
Leave a Reply